Indramayu, Reformasi.co.id – Sepuluh remaja berhasil diamankan oleh Polsek Arahan, Polres Indramayu, pada Selasa (29/7/2025) karena diduga hendak melakukan tawuran.
Mereka terdiri dari empat orang dewasa dan enam pelajar, yakni MS (18 tahun), TW (15 tahun), G (19 tahun), WAP (13 tahun), S (16 tahun), MR (17 tahun), AA (14 tahun), AR (15 tahun), MS (17 tahun), dan AA (15 tahun).
Kelompok ini diamankan di Blok Sasak Kebo, Desa Linggajati, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu.
Kapolres Indramayu, AKBP Mochamad Fajar Gemilang, melalui Kapolsek Arahan, AKP Sutrisno, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa aksi tawuran tersebut dapat dicegah berkat laporan masyarakat yang curiga dengan keberadaan sekelompok pemuda yang berada di lokasi.
“Iya betul, ada 10 orang yang diamankan. Mereka terdiri dari beberapa pemuda dan pelajar yang diduga hendak tawuran,” ujar Sutrisno.
Awalnya, laporan tersebut datang dari warga Desa Cidempet yang melihat dua kelompok pemuda yang saling menantang. Berkat inisiatif masyarakat, kedua kelompok tersebut berhasil dibubarkan sebelum terjadi bentrokan.
Mereka kemudian dibawa ke balai desa dan diserahkan ke pihak kepolisian untuk proses lebih lanjut.
“Beruntung belum sempat terjadi bentrok karena langsung dicegah oleh masyarakat dan mereka kini kami bawa ke kantor Polsek untuk dilakukan pendataan,” tambahnya.
Dari hasil penyelidikan sementara, diketahui bahwa pertemuan kedua kelompok tersebut dipicu oleh masalah pribadi antara dua pemuda, yakni G dan MR. Namun, keduanya datang ke lokasi bersama teman-teman mereka, yang akhirnya memperbesar potensi terjadinya tawuran.
“Motif awalnya hanya ingin menyelesaikan masalah pribadi, tapi justru melibatkan banyak orang, sehingga berpotensi menjadi tawuran,” jelas Kapolsek.
Sutrisno juga mengungkapkan bahwa para remaja yang diamankan berasal dari berbagai desa di Kecamatan Arahan, Tukdana, dan Lelea. Sebagian besar di antaranya masih di bawah umur dan berstatus pelajar.
Setelah dilakukan pemeriksaan, polisi tidak menemukan unsur pidana dalam kejadian tersebut. Tidak ditemukan pula korban maupun barang berbahaya di lokasi.
“Namun mereka tetap dibina dan dipanggil orang tuanya untuk diberikan edukasi,” pungkas Sutrisno.