Jakarta, Reformasi.co.id – Kejaksaan Agung Republik Indonesia kembali mengembangkan penyidikan dalam perkara dugaan korupsi terkait tata kelola minyak mentah dan bahan bakar minyak di lingkungan Pertamina.
Dalam perkembangan terbaru, sembilan orang resmi ditetapkan sebagai tersangka, termasuk pengusaha kontroversial Mohammad Riza Chalid.
Penetapan ini disampaikan oleh Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Dirdik Jampidsus) Abdul Qohar pada Kamis malam, 10 Juli 2025.
Menurut Qohar, Riza Chalid diduga kuat memiliki peran sebagai beneficial owner (pemilik manfaat) di dua perusahaan yakni PT Orbit Terminal Merak dan PT Navigator Khatulistiwa.
“Yang bersangkutan adalah beneficial owner dari PT Orbit Terminal Merak, itu sudah sangat jelas. Namun, saat ini keberadaannya diduga tidak berada di Indonesia,” ujar Qohar dalam keterangannya kepada media.
Sembilan Tersangka dalam Pusaran Korupsi
Selain Riza Chalid, Kejaksaan Agung juga menetapkan delapan orang lainnya sebagai tersangka. Mereka merupakan para pejabat dan mantan pejabat yang memiliki peran strategis dalam rantai distribusi dan pengadaan minyak di Pertamina maupun perusahaan terkait.
Berikut daftar lengkap sembilan tersangka yang diumumkan:
- Alfian Nasution – Saat menjabat sebagai VP Supply dan Distribusi PT Pertamina (Persero) pada 2011–2015.
- Hanung Budya Yuktyanta – Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) tahun 2014.
- Toto Nugroho – VP Intermediate Supply PT Pertamina (Persero) periode 2017–2018.
- Dwi Sudarsono – VP Product Trading Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina tahun 2019–2020.
- Arief Sukmara – Direktur Gas, Petrokimia, dan Bisnis Baru di PT Pertamina International Shipping (PIS).
- Hasto Wibowo – SVP ISC Pertamina untuk periode 2018–2020.
- Martin Haendra Nata – Business Development Manager PT Trafigura pada 2019–2020.
- Indra Putra Harsono – Business Development Manager PT Mahameru Kencana Abadi.
- Mohammad Riza Chalid – Beneficial Owner PT Tanki Merak dan PT Orbit Terminal Merak.
