Indramayu, Reformasi.co.id – Salah satu film yang selalu berhasil memukau adalah mahakarya laga historis dari Hong Kong, Once Upon a Time in China. Dan kali ini, mari kita kupas tuntas film yang melambungkan nama Jet Li ke jajaran bintang laga internasional ini.
Film ini bukan sekadar tontonan adu jotos biasa. Di tangan sutradara Tsui Hark, kisah pahlawan rakyat Tiongkok, Wong Fei-hung, dihidupkan kembali dengan energi baru, visual yang memanjakan mata, dan tentu saja, koreografi laga yang spektakuler.
Film ini ditayangkan kembali di Mega Film Asia Indosiar pada Kamis (10/4/2025) pukul 23:00 WIB. Sebelum menyaksikannya, simak terlebih dahulu sinopsis dan alur ceritanya.
Pendahuluan
Once Upon a Time in China, dirilis pada tahun 1991, hadir sebagai angin segar di genre film kung fu. Film ini menandai kolaborasi emas antara sutradara visioner Tsui Hark dan bintang laga yang sedang naik daun saat itu, Jet Li.
Mengambil latar belakang Tiongkok pada masa Dinasti Qing yang mulai goyah diterpa pengaruh Barat, film ini tidak hanya menyajikan aksi bela diri tingkat tinggi, tetapi juga menyentuh tema nasionalisme, benturan budaya, dan perjuangan mempertahankan tradisi di tengah arus modernisasi.
Bagi banyak penggemar film laga, termasuk saya, film ini adalah sebuah tolok ukur, sebuah karya yang mendefinisikan ulang bagaimana kisah Wong Fei-hung bisa diceritakan dengan begitu megah dan relevan.
Sinopsis
Film ini berpusat pada sosok Wong Fei-hung (diperankan dengan karismatik oleh Jet Li), seorang tabib ahli bela diri aliran Hung Gar yang dihormati dan memimpin milisi lokal Po Chi Lam di Foshan.
Kehidupan yang relatif damai mulai terusik ketika pengaruh bangsa-bangsa Barat (Inggris, Prancis, Amerika) semakin kuat merangsek masuk. Bersamaan dengan itu, muncul pula berbagai kelompok lokal yang menimbulkan kekacauan, seperti Geng Shaho yang brutal.
Di tengah ketidakstabilan ini, Wong Fei-hung harus berjuang melindungi rakyatnya, menghadapi ancaman dari luar dan dalam, sambil beradaptasi dengan perubahan zaman yang tak terelakkan.
Ia juga dipertemukan kembali dengan Bibi Ketiga Belas atau Aunt Yee (Rosamund Kwan), kerabat jauh yang baru kembali dari Barat dan membawa serta pandangan serta teknologi modern, menimbulkan dinamika menarik dalam hubungan mereka.
Alur Cerita
Cerita dibuka dengan suasana Foshan yang mulai dipenuhi oleh kehadiran orang-orang asing dan tentara. Wong Fei-hung, dengan kliniknya Po Chi Lam, berusaha menjaga ketertiban dan mengobati masyarakat.
Namun, arogansi beberapa pihak asing dan kebrutalan Geng Shaho yang dipimpin oleh Leung Fu (Yuen Biao – meskipun karakternya lebih kompleks dari sekadar antagonis) mulai memicu konflik.
Leung Fu awalnya adalah murid dari master saingan, namun ia terpaksa bergabung dengan Geng Shaho demi bertahan hidup.
Ketegangan memuncak ketika pasukan Amerika dituduh terlibat dalam perdagangan manusia dan Geng Shaho semakin meresahkan warga. Wong Fei-hung dan murid-muridnya, termasuk Leung Foon (Jacky Cheung) yang awalnya kikuk namun setia, serta Bucktooth So (juga diperankan Jacky Cheung dalam peran berbeda di sekuel, namun di sini karakter pendukung yang ikonik), mau tidak mau harus turun tangan.
Di sisi lain, kehadiran Aunt Yee membawa perspektif baru. Ia terpesona dengan kemajuan Barat, termasuk fotografi dan sinema, namun juga melihat sisi kelam dari intervensi asing.
Hubungannya dengan Wong Fei-hung berkembang perlahan, diwarnai perbedaan pandangan budaya namun dilandasi rasa saling menghormati dan peduli.
Film ini menampilkan serangkaian adegan laga yang tak terlupakan. Mulai dari pertarungan di tengah pasar yang ramai, duel melawan Geng Shaho di gudang, hingga konfrontasi klimaks melawan pejabat korup dan tentara asing.
Setiap pertarungan dirancang dengan cermat, memadukan kecepatan, kekuatan, dan keindahan gerakan kung fu Hung Gar yang menjadi ciri khas Wong Fei-hung versi Jet Li.
Puncaknya adalah ketika Wong Fei-hung harus menyusup ke markas Amerika untuk mengungkap kejahatan dan menyelamatkan Aunt Yee, berujung pada pertarungan sengit melawan Gubernur Jackson dan penembak jitunya.
Film ditutup dengan Wong Fei-hung yang menyadari bahwa musuh sesungguhnya bukanlah sekadar bangsa asing atau geng lokal, melainkan ketidakadilan dan perubahan zaman yang harus dihadapi dengan bijaksana, bukan hanya dengan kepalan tangan.
Data Film
Keterangan | Detail |
---|---|
Judul Asli | 黃飛鴻 (Wong Fei-hung) |
Judul Internasional | Once Upon a Time in China |
Sutradara | Tsui Hark |
Penulis Naskah | Tsui Hark, Yuen Kai-chi, Leung Yiu-ming, Tang Pik-yin |
Pemeran Utama | Jet Li (Wong Fei-hung), Yuen Biao (Leung Fu), Rosamund Kwan (Aunt Yee Siu-kwan), Jacky Cheung (Bucktooth So), Kent Cheng (Porky Lam Sai-wing) |
Genre | Aksi, Seni Bela Diri, Drama, Sejarah |
Tanggal Rilis | 15 Agustus 1991 (Hong Kong) |
Durasi | Sekitar 134 menit |
Negara Asal | Hong Kong |
Bahasa | Kanton |
Perusahaan Produksi | Film Workshop, Golden Harvest Company |
Koreografer Laga | Yuen Cheung-yan, Yuen Shun-yi, Lau Kar-wing |
Once Upon a Time in China bukan hanya sebuah film laga. Ia adalah sebuah epik yang berhasil menangkap semangat zaman, kegelisahan sebuah bangsa di persimpangan sejarah, dan menampilkan sosok pahlawan yang kompleks. Jet Li memberikan penampilan ikonik sebagai Wong Fei-hung yang tenang, bijaksana, namun mematikan saat bertarung.
Tsui Hark membuktikan kejeniusannya dalam meramu aksi, drama, dan visual menjadi satu kesatuan yang koheren dan memukau. Jika kamu mengaku penggemar film laga atau film Hong Kong, karya ini adalah tontonan wajib yang akan terus dikenang.