Reformasi.co.id – Bulan Februari tahun 2024 ini tidak seperti biasanya. Sebab kali ini ada tanggal 29 Februari, yang mana biasanya Februari hanya sampai tanggal 28 saja.
Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa istimewanya tahun 2024 sehingga bulan Februari punya 29 hari? Berikut penjelasannya.
Sejarah kalender manusia telah melibatkan usaha untuk menyelaraskan tahun astronomis (periode revolusi Bumi mengelilingi Matahari) dengan kalender yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu permasalahan utama adalah bahwa tahun astronomis tidak tepat 365 hari, melainkan sekitar 365,25 hari.
Pada tahun kabisat, kita menambahkan satu hari ekstra ke dalam kalender untuk menyelaraskan perbedaan ini. Sistem ini diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM dengan merancang Kalender Julian.
Meskipun Kalender Julian berhasil memperkenalkan aturan tahun kabisat, tetapi masih memiliki ketidakpresisian.
Pada abad ke-16, Paus Gregorius XIII memperkenalkan Kalender Gregorian pada tahun 1582 untuk memperbaiki kekurangan Kalender Julian. Salah satu perubahan penting yang dilakukan adalah memperkenalkan aturan tahun kabisat yang lebih akurat.
Menurut aturan Kalender Gregorian, sebuah tahun dapat dianggap sebagai tahun kabisat jika habis dibagi 4, kecuali jika tahun tersebut habis dibagi 100, kecuali jika tahun itu juga habis dibagi 400.
Sekarang, untuk menjawab pertanyaan mengapa Februari tahun 2024 memiliki tanggal 29, kita perlu memeriksa apakah tahun 2024 memenuhi kriteria aturan tahun kabisat Kalender Gregorian.
Ternyata, tahun 2024 habis dibagi 4, sehingga memenuhi syarat tahun kabisat. Oleh karena itu, Februari tahun 2024 memiliki 29 hari, sebagai bentuk penyesuaian untuk menyelaraskan kalender dengan peredaran Bumi di sekitar Matahari.
Dengan demikian, penambahan hari pada Februari tahun 2024 menjadi tanggal 29 adalah hasil dari upaya untuk menjaga akurasi kalender kita sejalan dengan perjalanan Bumi mengelilingi Matahari.