Tuesday, August 12, 2025
DaerahTerjaring Satpol PP, Siswa SMP di Indramayu Tak Bisa Baca dan Matematika...

Terjaring Satpol PP, Siswa SMP di Indramayu Tak Bisa Baca dan Matematika Dasar

Ads

Indramayu, Reformasi.co.id – Kepala Satpol PP dan Damkar Kabupaten Indramayu, Teguh Budiarso, mengungkapkan rasa keprihatinannya setelah menemukan beberapa kasus mengejutkan saat razia siswa bolos pada hari Senin (11/8/2025) kemarin.

Temuan tersebut mengungkapkan fakta miris mengenai rendahnya kemampuan akademis beberapa siswa yang seharusnya sudah berada di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Teguh, salah satu temuan yang paling memprihatinkan adalah seorang siswa SMP yang tidak bisa membaca sama sekali. Selain itu, ada juga siswa SMA yang ternyata tidak dapat melakukan perhitungan matematika dasar, seperti operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Bahkan, ditemukan pula kasus lebih serius terkait perilaku siswa, yaitu grup WhatsApp yang berisi Video Call Sex (VCS) pada ponsel seorang siswa SMP.

“Tragis sekali tadi ya, jadi tadi ada siswa SMP tidak bisa baca, kemudian ada juga SMA tidak bisa menghitung sama sekali, padahal itu matematika dasar,” kata Teguh dengan nada prihatin.

- Advertisement -

Dalam razia tersebut, Satpol PP berhasil menjaring 10 siswa dari tingkat SMP dan SMA yang bolos sekolah. Mereka ditemukan sedang nongkrong di kompleks pemakaman Makam Selawe di Kecamatan Sindang sekitar pukul 09.00 WIB. Dua di antaranya adalah siswi perempuan. Setelah terjaring razia, para siswa tersebut dibawa ke kantor Satpol PP dan Damkar Indramayu untuk dilakukan pembinaan lebih lanjut.

Petugas juga segera menghubungi orang tua dan guru mereka untuk turut serta dalam proses pembinaan. Selama pemeriksaan, salah satu siswa SMP mengungkapkan bahwa ia tidak bisa membaca karena merasa malas sejak sekolah dasar. “Dari SD gak bisa baca, sayanya malas,” ujarnya, saat diminta membaca daftar absen.

Selain itu, tes matematika dasar yang dilakukan terhadap siswa SMA yang juga terjaring razia menunjukkan kenyataan yang lebih mengkhawatirkan. Ketika ditanya mengenai hasil perkalian sederhana seperti “3×4 berapa?”, siswa tersebut menjawab dengan bingung, “Gak tahu.” Tanggapan tersebut membuat para guru yang hadir hanya bisa menggelengkan kepala.

Kasus lain yang juga mengundang keprihatinan adalah temuan grup WhatsApp yang berisi VCS di ponsel seorang siswa SMP. Berdasarkan keterangan siswa tersebut, ia mengaku mendapatkan undangan untuk masuk grup tersebut dari temannya, bukan sengaja mencarinya.

Teguh Budiarso menegaskan bahwa tujuan dari pembinaan yang dilakukan bukanlah untuk memalukan siswa di depan orang tua dan guru mereka, melainkan untuk mengajak semua pihak terkait – baik orang tua maupun pihak sekolah – untuk bekerja sama mencari solusi bagi masalah-masalah yang ditemukan.

“Ini merupakan tanggung jawab kita bersama, baik itu orang tua, begitu pula dari pihak sekolah untuk sama-sama memberikan pengawasan, ini untuk mendidik kader generasi penerus harapan bangsa,” ujar Teguh.

Ads

Ikuti berita dan informasi terbaru Reformasi.co.id di Google News.

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Terkini