Home Ekonomi Imbas Tarif Trump, Mata Uang Asia Melemah

Imbas Tarif Trump, Mata Uang Asia Melemah

0
elon musk dan donald trump

Jakarta, Reformasi.co.id – Mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dengan ringgit Malaysia mencatatkan penurunan terdalam, Senin (7/4/2025).

Berdasarkan data Refinitiv, pada pukul 09.13 WIB, ringgit jatuh sebesar 0,74%, diikuti oleh won Korea Selatan yang merosot 0,68%, dan yuan China yang melemah 0,42%.

Pelemahan mata uang Asia ini dipicu oleh ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif AS yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Tindakan ini semakin diperburuk dengan balasan tarif dari China, yang menambah kekhawatiran pasar global.

Ekonomi Asia, terutama negara-negara ASEAN, kini dihadapkan pada tantangan besar akibat dampak langsung lonjakan tarif terhadap ekspor mereka dan dampak tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi global.

Homin Lee, ahli strategi makro senior di Lombard Odier Ltd, Singapura, mengatakan, “Asia akan menghadapi tantangan besar dalam beberapa bulan ke depan. Lonjakan tajam tarif AS terhadap ekspor negara-negara ini dan dampak guncangan terhadap pertumbuhan ekonomi global akan menjadi tantangan utama.”

Ia juga menambahkan bahwa negosiasi tarif dengan tim Trump akan menjadi kunci untuk mengurangi dampaknya.

Sementara itu, Siwage Dharma Negara, peneliti senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute, menjelaskan bahwa tarif AS terhadap negara-negara Asia Tenggara bertujuan untuk melemahkan China.

“Tarif ini bisa berdampak pada investasi China di negara-negara seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Indonesia, yang akan mempengaruhi ekspor China dan ekonomi kawasan,” jelasnya.

Di tengah ketidakpastian global, yen Jepang justru mengalami penguatan. Sebagai mata uang “safe haven”, yen menjadi pilihan investor saat pasar global dilanda ketakutan, seperti akibat perang dagang atau resesi.

Ketika krisis melanda, banyak investor yang menjual aset berisiko dan beralih ke yen, menyebabkan permintaan terhadap mata uang Jepang ini meningkat.

Selain itu, banyak investor Jepang yang memiliki investasi di luar negeri, terutama di AS, Eropa, dan Asia Tenggara. Ketika krisis terjadi, mereka cenderung menarik kembali uang mereka ke Jepang dengan menjual mata uang asing dan membeli yen, yang juga berkontribusi pada penguatan yen.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version