Friday, May 3, 2024
DaerahGrebeg Syawal Kasepuhan Cirebon Diwarnai Spanduk Penolakan

Grebeg Syawal Kasepuhan Cirebon Diwarnai Spanduk Penolakan

Cirebon – Suasana tegang terjadi di kompleks Makam Sunan Gunungjati Cirebon ketika Keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon hendak menggelar Grebeg Syawal 2024.

Sebuah spanduk mencolok dengan tulisan ‘Kami keluarga besar Kesultanan Cirebon tidak mengakui Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Kasepuhan’ terpasang di pintu masuk kompleks makam, menimbulkan polemik yang mendalam.

Belum teridentifikasi siapa yang bertanggung jawab atas pemasangan spanduk kontroversial tersebut, namun dampaknya langsung terasa ketika keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon tak bisa memasuki kompleks makam. Penolakan ini mengundang reaksi tajam dari pihak keluarga yang berkumpul di sana.

Pihak keluarga Luqman Zulkaedin juga mengalami kesulitan saat hendak melaksanakan ziarah grebeg syawal di kompleks makam Sunan Gunung Jati. Pintu menuju kompleks makam tiba-tiba digembok, mempersulit akses mereka.

Luqman dan keluarganya terlihat geram menyaksikan serangkaian tindakan penolakan tersebut. Mereka memiliki niat untuk berziarah ke makam leluhur, termasuk ayah Luqman yang sudah meninggal, PRA Arief Natadiningrat.

“Istighfar, istighfar. Iya sama kita disini mau ziarah,” ujar Patih Sepuh Pangeran Raja Goemelar Soeryadiningrat, Jumat (19/4/2024), mencoba menenangkan situasi yang memanas.

Akhirnya, keluarga Luqman Zulkaedin mendapat kesempatan berziarah dengan menggunakan akses melalui pintu Ganggong. Setelah itu, mereka berdoa di pintu Pasujudan.

Dalam tanggapannya, Patih Sepuh Goemelar menyatakan rasa kekecewaannya atas kejadian penggembokan pintu akses masuk kompleks makam.

“Buat kami sangat prihatin. Kami sebetulnya ingin ziarah, seharusnya tidak ada tindakan penutupan pintu ke akses makam orang tua. Tidak apa-apa berdoa di pintu pasujudan yang penting kami sekeluarga hari ini mengadakan gerebeg syawal,” ujarnya.

Patih Sepuh Goemelar menegaskan bahwa kehadiran keluarganya di sana adalah untuk menjalankan tradisi Grebeg Syawal dan melakukan ziarah serta berdoa kepada leluhur. Namun, polemik terus berlanjut.

“Kami mengadakan tradisi Grebeg Syawal, intinya ke sana silaturahmi ke leluhur, berdoa, bermunajat kepada Allah SWT. Sebagai penerus, kita harus mengingat jasa para leluhur,” tambahnya.

Atas kejadian yang memicu ketegangan ini, Patih Sepuh Goemelar menyatakan akan menggelar musyawarah dengan keluarga terkait untuk mencari solusi terbaik atas polemik yang terjadi. Langkah ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan menemukan titik temu yang memuaskan semua pihak.

Ikuti berita dan informasi terbaru Reformasi.co.id di Google News.

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Terkini

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com