Jakarta, Reformasi.co.id – Media sosial dihebohkan dengan laporan tentang dugaan eksploitasi dan kekerasan terhadap karyawan di sebuah perusahaan animasi dan game di Menteng, Jakarta Pusat.
Perusahaan yang berinisial “BS” ini menjadi sorotan setelah salah satu karyawannya mengungkapkan pengalaman buruk selama bekerja di sana, yang kemudian menjadi viral di berbagai platform sosial.
Dalam postingan yang beredar luas, diungkapkan bahwa para karyawan mengalami kekerasan baik secara verbal maupun fisik dari sang pemilik perusahaan. Salah satu karyawan, yang berinisial “Cs”, mengisahkan dirinya diperlakukan semena-mena hingga harus bekerja sampai larut malam.
Salah satu cerita yang mencengangkan adalah tentang seorang karyawan yang sedang hamil, namun mengalami keguguran. Alih-alih mendapatkan simpati, ia justru dimarahi oleh pemilik perusahaan karena dianggap tidak masuk kerja setelah insiden tersebut.
Tidak sampai di situ, korban juga dihukum secara fisik dengan harus menaiki dan menuruni tangga sebanyak 45 kali pada malam hari serta dipaksa menampar wajahnya sendiri sebanyak 100 kali.
Seiring berjalannya waktu, meski nama perusahaan telah berubah, konon orang yang memimpin tetaplah orang yang sama. Bos yang terkenal zalim tersebut kini menjadi buruan polisi. Ketika polisi mencoba mengunjungi kantor perusahaan, tempat tersebut sudah kosong, seakan-akan ditinggalkan secara tiba-tiba.
Polisi bergerak cepat dan memeriksa perusahaan game dan animasi “BS” di Menteng. AKBP Muhammad Firdaus, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, mengungkapkan bahwa berdasarkan keterangan dari saksi yang juga seorang sekuriti di sekitar lokasi, perusahaan ini mulai beroperasi sejak tahun 2019 dengan jumlah karyawan sekitar 80 orang.
“Perusahaan BS bergerak di bidang game dan animasi, dan mulai beroperasi sekitar tahun 2019. Menurut saksi, pemiliknya adalah seorang warga asing keturunan Tiongkok, dan perusahaan ini mempekerjakan baik laki-laki maupun perempuan dengan jumlah total sekitar 80 orang,” jelas Firdaus pada Sabtu (14/9/2024) kemarin.
Firdaus juga menambahkan bahwa jam kerja di perusahaan tersebut tidak teratur. Beberapa karyawan bahkan baru pulang pada pukul 04.00 pagi, sementara yang paling cepat bisa pulang pada pukul 18.00 sore.
Saat polisi mendatangi lokasi, kantor tersebut sudah kosong sejak bulan Juli 2024. Berdasarkan keterangan saksi, pada bulan itu, beberapa asisten rumah tangga keluar dari kantor BS, terdiri dari dua pria paruh baya dan satu wanita. Sejak saat itu, kantor tidak lagi ditempati.
Saat ini, pihak kepolisian masih mencari para karyawan yang diduga menjadi korban dari eksploitasi ini. Firdaus juga mengimbau agar mereka yang merasa dirugikan untuk segera melapor ke pihak berwajib.